7 Antisipasi Berkendara Saat Menjalankan Ibadah Puasa

PT RifanBerkendara sepeda motor di bulan puasa menuntut pengendara beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan di jalan. Selain situasi jalan berubah, kondisi fisik ketika berkendara juga berbeda dari bulan biasanya.

Pada bulan ramadhan juga merubah jam makan dan jam tidur pengendara sehingga jika kondisi fisik tidak dijaga akan mempengaruhi konsentrasi dan emosi di jalan raya.

Menurut Johanes Lucky, Manager Safety Riding PT Astra Honda Motor (AHM) sedikitnya ada 7 adaptasi yang harus dilakukan pengendara motor saat di bulan puasa. Berikut 7 adaptasi tersebut:

  1. Merencanakan perjalanan

Rencanakan rute perjalanan karena ada perubahan situasi dari hari-hari biasanya. Dalam situasi lalu lintas berbeda, menentukan rute yang tepat dapat menghemat energi, lebih tepat waktu, terhidar dari kemacetan dan menghindari emosi di jalan.

Baca Juga :

“Biasanya pulang kerja lebih padat dari bulan sebelumnya karena banyak orang yang ingin buru-buru sampai di rumah. Jadi kita bisa mengantisipasi pada jam-jam tersebut,” terang Lucky dalam diskusi ‘Tips Tetap Bugar Berkendara Saat Puasa’ yang diinisiasi Forum Wartawan Otomotif (FORWOT), Selasa (13/4/2021).

Perencanaan rute tersebut juga untuk mengantisipasi adanya lapak-lapak dadakan di pinggir jalan yang menimbulkan kemacetan, ditambah adanya kemungkinan perubahan arus lalu lintas.

“Dengan demikian kita sudah punya jalur alternatif. Atau tetap melewati jalan itu namun pada jam yang lain. Yang bisa merubah itu kita, kita beradaptasi, dengan merencanakan ulang perjalanan, sehingga waktu tempuh kurang lebh sama di waktu biasa,” tukasnya

  1. Perubahan waktu tidur

Menjalankan puasa maka akan ada perubahan jam tidur dan jam makan dari sebelumnya. Karena itu harus mengatur ulang waktu untuk memastikan kebutuhan tidur kita tercukupi. Misalnya tidur lebih awal dari biasanya, atau tidur di jam-jam yang memungkinkan.

Paasalnya kurang tidur berkorelasi dengan tingkat konsentrasi berkendara dan mudah memicu emosi di jalan.

“Dari beberapa referensi, kurang tidur ini punya korelasi kuat dengan konsentrasi. Konsentrasi akan terganggu. Kemudian kurang tidur juga berkolerasi dengan depresi atau kecemasan. Kita jadi ragu-ragu ketika mengambil keputusan. Nah ini ketika di jalan raya, harus cepat ambil keputusan ketika mau rem, mau belok dan sebagainya,” paparnya.

Ilustrasi saat puasa banyak pengendara yang terburu-buruIlustrasi saat puasa banyak pengendara yang terburu-buru

Kurang tidur itu juga mengurangi kemampuan kita untuk mengintepretasikan sebuah peristiwa. Jadi di kalau di siklus berkendara ada 3 tahapan, pertama mengidentifikasi dan mendapat informasi apa aja yang ada di jalan, kemudian memutuskan, dan lalu mengoperasikan. Siklus tersebut berputar terus.

Kurang konsentrasu dapat menyebabkan salah menginteprestasikan sebuah peristiwa, atau salah mengambil informasi di jalan. Ini bisa menyebabkan kecelakaan. Ini sama dengan 3 prinsip tahapan di siklus berkendara. Pertama adalah mengidentifikasi, mengumpulkan informasi di jalan, memutuskan, dan selanjutnya mengoperasikan.

“Kalau tidak konsentrasi, artinya proses pengambilan keuputusan dan pengoperasian juga akan salah, ini berisiko dengan kecelakaan. Cukup istirahat, biasa tidur 7-8 jam kita atur supaya seuai kebutuhan,” imbuhnya.

  1. Jam makan berubah

Selain tidur, ketika puasa jam makan ikut berubah. Jika hari biasa makan tiap 6 jam sekali, dari pagi hingga malam, maka siklus makan selama puasa berbeda. Karena itu ketika sahur, perlu mengatur asupan gizi dan nutrisi yang tinggi agar saat berkendara kondisi tubuh tetap terjaga.

“Di sini kita butuh mengatur asupan supaya di rentang waktu pemenuhan kebutuhan energi kita tercukupi. Buah, sayuran dan air putih yang cukup, kalau perlu banyak. Semuanya diatur dengan makanan yang bernutrisi tinggi,” tukasnya.

  1. Melakukan pemanasan

Pemanasan ringan perlu dilakukan sebelum berkendara. Pasalnya jam tidur dan makan berubah akan mempengaruhi kondisi fisik, karena itu pemanasan menjadi penting.

Pemanasan sangat berguna untuk meningkatkan respon ketika berkendara, sehingga kita menjadi lebih siap.

“Ini sekaligus mengkonfirmasi ke tubuh bahwa sebenarnya tubuh kita siap tidak sih diajak berkendara di saat jam makan dan tidur berubah. Jadi pemanasan menjadi momen untuk memastikan siap atau tidak tubuh kita untuk berkendara,” jelasnya.

  1. Fokus berkendara

Ketika kondisi energi terbatas maka fokus berkendara diperlukan . Ingat berkendara butuh energi dan harus penuh konsentrasi. Artinya ketika berkonsentrasi penuh kita butuh energi.

Karena itu disarankan tidak melakukan aktivitas-aktivitas berkendara yang menguras banyak energi. Sebaliknya energi yang ada dialokasikan dan difokuskan dengan cukup untuk berkendara.

Ilustrasi jangan sia-siakan energi saat berkendara di bulan puasaIlustrasi jangan sia-siakan energi saat berkendara di bulan puasa

“Energinya kita optimalkan, karena berkendara butuh banyak energi untup tetap menjaga konsentrasi,” terangnya.

  1. Berfikir positif

Pemanasan menjadi bagian menjaga fisik. Dengan kondisi fisik yang baik maka dapat belahirkan pikiran positif. Salah satunya dampaknya dapat mengontrol emosi.

Sebab jika kondisi fisik yang kurang fit, maka emosi kita cenderung menjadi tidak stabil, seperti mudah marah, uring-uringan dan sebagainya. Gejala ini sering muncul ketika kita kurang tidur atau kurang makan.

“Berfikir positif membantu kita mengawal emosi di jalan. Katakanlah kita lebih toleran di jalan, menghargai pengguna jalan lain, tidak mudah terpancing kalau kita disalip atau didahului pengendara lain,” tukasnya

  1. Memprediksi bahaya

Ini bisa dibilang masih ada kaitan dengan siklus tahapan berkendara. Artinya prediksi bahaya di jalan sudah dierhitungkan sebelumnya, dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan informasi sampai mengoperasikan.

Jika dapat memprediiksi, maka potensi-potensi bahaya di jalan yang akan muncul sudah diantisipasi. Potensi bahaya bisa hadir seiring perubahan kondisi jalan, misalnya banyak pengendara yang tergesa-gesa untuk berbuka puasa di rumah, ada yang menepi mendadak untuk berbuka, serta pemberian takjil maupun pedagang dadakan yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas.

“Jadi semua sudah kita antisipasi, sehingga menjaga jarak dan menjaga kecepatan ketika terjadi sesuatu. Ini juga meningkatkan kewaspadaan di jalan yang ramai yang bisa memunculkan potensi-potensi bahaya,” pungkasnya. PT Rifan.

Sumber : otosia

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started